Bila balik rumah, lihat medal tergantung di bilik.
Cepat masa berlalu, Dulu itulah kebanggaanku berlari menjadi pemenang harum nama daerahku. Kini kaki ini kian membatu, tak mampu berlari selaju dulu dek kerana kemalangan yang lepas dan tubuh ku kian berisi. Itu ujian untukku, di kanan dan kiriku aku melihat mereka juga sedang di uji.
Ada yang mengalahkan takdir dan ada makin jauh denganNya
Bermonolog sendirian merenung muka di cermin :
Bila dapat rezeki, dapat kemenangan kau selalu lupakan dia. Dia pemberi rezeki.Bagaimana Dia nak beri kau lagi Rezeki ?
Bila tak dapat apa yang kau nak selagi itu kau merungut itulah inilah.
Bila dah jatuh, di buang kerja. Barulah cari tuhan dan bertanya kenapa aku di uji ?
Bila kau kehilangan yang kau sayang barulah kau menangis kepada Tuhan, kenapa kau ambil nyawanya aku sayang sangat dia !!
Tapi bila dia ada depan pernah kau hargai ?
Bila suatu masa, kau hilang semangat, kawan-kawan selalu bagi kekuatan untuk terus menulis, tapi bila kau di atas segala kau lupakan.Aku berjaya atas usaha aku sendiri !!
Rakus, degilnya hati. Tidak mahu mensyukuri nikmat Allah.
Bila kau sedih siapakah yang kau akan cari?
facebookmu?
ibumu ?
Tuhanmu ?
Ketika kau gembira , siapakah yang kau cari ?
Kekasihmu ?
Facebookmu?
kekasihmu lagi ?
kekasihmu ?
kekasihmu lagi?
ibumu ?
ayahmu ?
Tuhanmu ?
Ketika kau rasa kau hebat di uji. Ada lebih hebat di uji darimu iaitu Nabi Ayub a.s.Sebelumnya Nabi Ayyub memiliki harta yang banyak dengan bermacam jenisnya, seperti: haiwan ternak, dan tanah. Ia juga memiliki istri yang saleh dan keturunan yang baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin mengujinya, dan Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka, barangsiapa yang redha dengan ujian tersebut, maka dia mendapatkan keredhaanNya dan barangsiapa yang marah terhadap ujian tersebut, maka dia mendapatkan kemurkaan-Nya (sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalamShahihul Jami’ no. 2110).
Ayyub adalah orang yang sabar dalam menghadapi ujian tersebut, hartanya yang banyak habis, anak-anaknya meninggal dunia, semua ternaknya binasa, dan Nabi Ayyub‘alaihis salam sendiri menderita penyakit yang sangat berat, tidak ada satu pun dari anggota badannya kecuali terkena penyakit selain hati dan lisannya yang ia gunakan untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalam menghadapi musibah itu, ia tetap bersabar dan mengharap pahala, serta berdzikir di malam dan siang, pagi dan petang.
Setelah berlalu sekian lama, iaitu lapan belas tahun seperti yang diterangkan dalam hadis di atas, maka Ayyub memohon kepada Tuhannya agar menghilangkan derita yang menimpanya, ia berkata,
“(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang.” (QS. Al Anbiyaa’: 83)
Maka Allah mewahyukan kepada Ayyub agar menghentakkan kakinya ke tanah, lalu Ayyub melakukannya, tiba-tiba memancarlah air yang sejuk, kemudian ia mandi daripadanya, lalu Ayyub sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla. Tidak ada satu pun luka dan penyakit yang dirasakannya kecuali sembuh seluruhnya, ia juga meminum air itu, sehingga tidak ada satu penyakit yang ada dalam tubuhnya kecuali keluar dan dirinya kembali sehat seperti sebelumnya sebagai orang yang rupawan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghilangkan penyakit yang menimpa Ayyub dan jasadnya kembali sihat.
“Dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al Anbiyaa’: 84)
Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta’alamenjadikan Ayyub sebagai teladan dalam kesabaran yang patut contohi.
4 Ulasan