“Ada empat wanita mulia yang juga penghulu segala wanita di dunia. Mereka adalah Asiah binti Muzahim, isteri Firaun; Maryam binti Imran, ibunda Isa; Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah Saw, dan Fatimah binti Muhammad” (HR. Bukhari)
Orang Islam tidak mempunyai wanita teladan untuk menjalani kehidupan yang diredhai Allah Swt. Demikian halnya kaum Muslimah. Sejarah Islam mencatat dengan tinta emas banyak tokoh wanita Muslimah yang menjadi teladan bagi kaum Muslimah sepanjang zaman. Empat di antaranya menempati posisi teratas sebagaimana disabdakan Nabi Saw di atas.
Keempat wanita itu adalah Asyiah binti Muzahim (isteri Fir’aun), Maryam binti Imran (ibunda Nabi Isa a.s.), Khadijah binti Khuwailid (istri pertama Rasulullah Saw), dan Fatimah binti Muhammad (putri kesayangan Nabi Saw).
SITI AISYAH
Siti Asyiah adalah simbol teladan bagi wanita beriman yang tetap mempertahankan keimanannya kepada Allah (istiqomah), meskipun menjadi isteri seorang yang tidak beriman kepada Allah Swt (Fir’aun). Ini teladan bagi kaum Muslimah yang –kerana keadaan yang “terpaksa”— harus menjadi isteri seorang lelaki yang tidak saleh, malah tidak beriman sekalipun.
Kesabaran adalah kunci keberhasilan Asyiah menjadi salah satu “penghulu kaum wanita”. Meyakini Allah Swt selalu memberi yang terbaik dan pasti ada hikmah di balik semua peristiwa, termasuk yang “janggal sekalipun”, Aisyah ternyata ditakdirkan untuk menjadi istri Fir’aun dengan hikmah terbesarnya ia dipilih Allah Swt untuk menjadi “ibu asuh” Nabi Musa a.s. yang dipungutnya di sungai.
Cerita sejarah mungkin akan lain jika Asiah tidak menjadi istri Fir’aun. Nasa itu, semua bayi laki-laki dibunuh oleh rezim Fir’aun agar tidak muncul orang yang akan menghancurkan kekuasaan Fir’aun. Dengan izin Allah, ibunda Nabi Musa terpaksa dihanyutkan ke sungai sehingga calon nabi yang masih bayi itu ditemukan sekaligus diselamatkan oleh Asyiah.
Cerita sejarah mungkin akan lain jika Asiah tidak menjadi istri Fir’aun. Nasa itu, semua bayi laki-laki dibunuh oleh rezim Fir’aun agar tidak muncul orang yang akan menghancurkan kekuasaan Fir’aun. Dengan izin Allah, ibunda Nabi Musa terpaksa dihanyutkan ke sungai sehingga calon nabi yang masih bayi itu ditemukan sekaligus diselamatkan oleh Asyiah.
SITI MARYAM
Siti Maryam memberi teladan pada sisi kesucian diri seorang wanita. Ia menjadi simbol wanita dalam ketaatan pada perintah Allah, ibadah, dan ketinggian darjat ketakwaan. Ia mengajarkan kepada setiap wanita, bahwa dengan menjaga kesucian atau kehormatan diri, seorang wanita akan diangkat tinggi-tinggi derajatnya oleh Allah Swt.
Berkat kesucian dan ketakwaannya, Maryam dipilih oleh Allah Swt untuk mengandung seorang bayi, calon nabi, tanpa harus bersuami. Allah Swt mengamanahkan langsung bayi kepada rahim Maryam. Bagi kaum hawa, pemeliharaan kesucian dan ketakwaan akan dimuliakan oleh Allah Swt dengan mengangkat derajatnya.
SITI KHADIJAH
Siti Khadijah menjadi teladan isteri “mujahid dakwah” dalam menegakkan syi’ar Islam. Ia adalah isteri setia yang tanpa mengenal lelah mendampingi suaminya, Nabi Muhammad, salam menegakkan panji-panji kebenaran Islam. Ia pun rela berkorban jiwa, raga, dan harta, juga rela menanggung berbagai risiko dan cobaan dalam menyebarkan risalah Islam yang diamanahkan pada sang suami tercinta (Rasulullah).
Khadijah isteri solehah selalu berada di belakang suami dalam menegakkan kebenaran, turut berkorban demi keberhasilan sebuah perjuangan di jalan Allah Swt. Ia menjadi teladan bagi kaum Muslimah dalam bersikap terhadap suami, khususnya dalam perjuangan sang suami.
SITI FATIMAH
Siti Fatimah menjadi teladan kaum Muslimah bagaimana sebagai seorang anak wanita bersikap kepada ayahnya dan seorang isteri kepada suami. Ia adalah uswah (teladan) sebagai anak yang salehah, taat kepada bimbingan ayahanda, isteri setia dan taat kepada suaminya, serta ibu yang bijak di hadapan putra-putrinya. Wallahu a’lam.
2 Ulasan